PENILAIAN KINERJA


PENILAIAN KINERJA )


FAKULTAS EKONOMI

DISUSUN OLEH :
1.     HASAN ASYARI
2.     SRI  WAHYUNI E.PUTRI
3.     ZAFANIA PARENGKUAN
4.     GLORY TULENAN
5.     MEGA TAMBARIKI
6.     NURMA U.GULTOM
KELOMPOK : III (Tiga )
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.       
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Manajemen SDM dengan judul           Penilaian Kinerja ” di Universitas Negeri Manado  khususnya dijurusan Akuntansi. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab  itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.                                                                                 
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
 BAB II PEMBAHASAN                                                                  

2.1 Penilaian Kinerja
2.2 Kegunaan dan Jenis-jenis Penilaian kinerja
2.3 Metode Penilai Prestasi karyawan
2.4 Dasar Penilaian dan Unsur-Unsur yang dinilai
2.5  Elemen-Elemen Penilaian Kinerja
2.6 Implikasi Penilaian Prestasi Kerja
2.7 Masalah-Masalh Dalam Kinerja
2.8  Proses Penilaian dan Penyusunan Penilaian Kinerja
2.9 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1      Latar Belakang
                Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau instansi. Oleh karena itu, diperlukan Sumber Daya Manusia yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi agar dapat mendukung peningkatan prestasi kinerja karyawan.
Karena adanya tantangan-tantangan baru untuk meningkatkan pelayanan publik baik kualitas maupun kuantitasnya, maka merupakan suatu hal yang mendesak bagi organisasi maupun perusahaan untuk melakukan peningkatan dan pengembangan kemampuan, pengetahuan serta keterampilan sumber daya manusianya, sehingga diharapkan akan bisa menghasilkan pegawai yang memiliki tingkat kompetensi yang kompetitif.
Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus bisa menampung berbagai tantangan eksternal yang dihadapi oleh para pegawai, terutama yang mempunyai dampak kuat terhadap pelaksanaan tugasnya. Tidak dapat disangkal bahwa berbagai situasi yang dihadapi oleh seseorang di luar pekerjaannya, seperti masalah keluarga, keadaan keuangan, tanggung jawab sosial dan berbagai masalah pribadi lainnya pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja seseorang.
Hal ini berarti sistem penilaian tersebut harus memungkinkan para pegawai untuk mengemukakan berbagai masalah yang dihadapinya itu. Organisasi seyogianya memberikan bantuan kepada para anggotanya untuk mengatasi masalahnya itu.
Penilaian prestasi sebenarnya tidak hanya untuk kepentingan perubahan status Karyawan (dari status percobaan/kontrak akan menjadi tetap) atau untuk  kenaikan jabatan saja. Tapi juga bisa untuk menentukan mutasi, demosi, kenaikan gaji berkala (kalau ada), perhitungan insentif, bonus dan bentuk reward yang lain.





1.2     Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1)      Apa yang dimaksud  Penilaian Kinerja?
2)      Apa Kegunaan penilaian kinerja?
3)      Apa Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja?
4)      Apa saja yang termasuk  dalam Elemen Penilaian Kinerja?
5)      Bagaimana Metode  Penilaian Kinerja?
6)      Bagaimana   Proses Penyusunan Penilaian Kinerja?
7)      Apa saja masalah-masalah yang termasuk dalam penilaian kinerja?
1.3  Tujuan                                                                                                                                                        
Untuk mengetahui segala hal dan penjelasan yang di bahas mengenai Penilaian Kinerja Meliputi : Pengertian , Tujuan Manfaat ,  Elemen, Metode  dan Proses Penyusunan Penilaian Kinerja
1.4 Manfaat
Secara akademis sebagai bahan masukan yang didapat dari kajian literatur ilmiah bagi instansi terkait tentang pentingnya Penilaian kinerja dalam  menjamin klangsungan hidupsebuah perusahaan.
Sebagai bahan masukan yang dapat dimanfaatkan oleh penulis selanjutnya untuk dikembangkan dalam penulisan makalah ini.
Menambah wawasan penulis dalam mengembangkan sumber daya manusia.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP  PENILAIAN KINERJA
Penialaian prestasi kerja adalah proses melalui organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Definisi Penilaian kinerja munurut para ahli:
Siagian (1995:225–226) menyatakan bahwa penilaian prestasi kerja adalah suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja para pegawai yang di dalamnya terdapat berbagai faktor seperti :
1.       Penilaian dilakukan pada manusia sehingga disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan;
2.       Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta kriteria yang ditetapkan dan diterapkan secara obyektif;
Penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe (1993:394) merupakan suatu sistem formal yang secara berkala digunakan untuk mengevaluasi kinerja individu dalam menjalankan tugas-tugasnya.
Sedangkan Mejia, dkk (2004:222-223) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu proses yang terdiri dari:
a.       Identifikasi
b.       Pengukuran
c.       Manajemen
Dale yoder  : penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan sumbangan serta kepentingan   bagi para pegawai.
Karakteristik Sistem Penilaian Kinerja Yang Efektif
Menurut Mondy & Noe(2005), karakteristik sistem penilaian yang efektif, adalah:
1.    Kriteria yang terkait dengan pekerjaan : Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan harus berkaitan dengan pekerjaan / valid.
2.    Ekspektasi Kinerja :  Sebelum periode penilaian, para manajer harus menjelaskan secara gamblang tentang kinerja yang diharapkan kepada pekerja.
3.    Standardisasi :   Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada di bawah organisasi yang sama harus dinilai dengan menggunakan instrumen yang sama.
4.    Penilaian yang Cakap  :  Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan hendaknya dibebankan kepada seseorang atau sejumlah orang, yang secara langsung mengamati paling tidak sampel yang representatif dari kinerja itu. Untuk menjamin konsistensi penilaian, para penilai harus mendapatkan latihan yang memadai.
5.    Komunikasi Terbuka :   Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk mengetahui tentang seberapa baik kinerja mereka.
6.    Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian :  Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian. Kerahasiaan akan menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses terhadap hasil penilaian memberikan kesempatan karyawan untuk mendeteksi setiap kesalahannya.
7.    Proses Pengajuan Keberatan (due process) :  Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal atas hasil penilainnya, penetapan due process merupakan langkah penting


Ruang lingkup penilaian prestasi
Ruang lingkup penilaian prestasi dicakup dengan what, why, where , when,  who dan how.
a.       What( Apa yang dinilai) : yang dinilai adalah seperti kesetiaan , kejujuran , kerjasama, kepemimpinan, loyalitas, potensi akan datang , sifat dan hasil kerjanya.
b.      Why (kenapa harus ada penilaian ) : dinilai karena Untuk menambah tingkat kepuasan para karyawan dengan memberikan pengakuan terhadap hasil kerja dan Untuk mengukur prestasi kerja  para karyawan.
c.        Where  ( dimana ) penilaian dilkukan: Di dalam pekerjaan  secara formal, Di luar pekerjaan baik secara formal ataupun informal.
d.      When  ( kapan penilaian dilakukan)
·         Formal: penilaian dilakukan secara periodic
·         Informal : penilaian dilakukan secara terus-menerus
e.       Who ( siapa yang akan dinilai )  : Yang dinilai tentunya semua tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di perusahan. Yang menilai atasan langsungnya.


2.2  KEGUNAAN DAN JENIS-JENIS PENILAIAN PRESTASI KERJA
Kegunaan penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut:
1.       Perbaikan prestasi kerja. Umpan balik pelakasaan kaerja memungkinkan karyawan , manajer dan departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk memperbaiki prestasi.
2.       Penyesuaian-penyasuaian kompensasi. Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dlam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3.       Keputusan-keputusan penempatan. Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu.
4.       Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan. Prestasi kerja yang jelek mungkin menunujukkan kebutuhan latihan.
5.       Perencanaan dan pengembagan karier. Umpan balik prestasi megarahkan keputusan-keputusan karier yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.
6.       Penyimpangan-penyimpangan proses staffing. Prestassi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan-kelemahan prosedur staffing departemn personalia.
7.       Ketidakakuratan informasi. Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan-kesalahan informasi analisis jabatan ,rencana-rencana sumber daya manusia atau komponen-kompenen lain sistem informasi analisis jabatan.
8.       Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan : prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu kendala kesalahan dalam  desain pekerjaan.
9.       Kesempatan kerja yang adil : penilaian prestasi kerja yang secara akurat dan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
10.   Tantangan-tantangan eksternal : kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh factor-faktor di luar lingkungan kerja. Seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial atau maslah-maslah pribadi lainnya.
11.   Dokumentasi, untuk memperoleh data yang pasti, sistematik, dan faktual dalam penentuan nilai suatu pekerjaan.
12.   Posisi tawar, untuk memungkinkan manajemen melakukan negoisasi yang objektif dan rasional dengan serikat buruh (kalau ada) atau langsung dengan karyawan.
13.   Pelatihan dan pengembangan. Kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan. Demikian juga, kinerja baik dapat mencerminkan adanya potensi yang belum digunakan dan harus dikembangkan.
14.   kesalahan dalam merancang pekerjaan. Kinerja yang lemah mungkin merupakan suatu gejala dari rancangan pekerjaan yang kurang tepat. Melalui penilaian kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan ini.
15.   Elemen-elemen pokok sistem penilaian kinerja. Departemen SDM biasanya mengembangkan penilaian kineja bagi karyawan di semua departemen. Elemen-elemen pokok sistem penilaian ini mencakup kriteria yang ada hubungan dengan pelaksanaan kerja dan ukuran-ukuran kriteria.
16.   Umpan balik ke SDM. Kinerja baik atau jelek di seluruh perusahaan, mengindikasikan seberapa baik departemen SDM berfungsi.
Jenis-jenis Penilaian Kinerja
1.    Penilaian hanya oleh atasan                                                                                                                                     yaitu cepat dan langsung dan dapat mengarah ke distorsi karena pertimbangan-pertimbangan pribadi.
2.    Penilaian oleh kelompok ini                                                                                                                                    Atasan dan atasannya lagi bersama –sama membahas kinerja dari bawahannya yang dinilai yaitu obyektifitas lebih lebih akurat dibandingkan kalau hanya oleh atasannya sendiri dan Individu yang dinilai tinggi dapat mendominasi penilaian.
3.    Penilaian oleh kelompok staf                                                                                                                                 atasan meminta satu atau lebih individu untuk bermusyawarah dengannya; atasan langsung yang membuat keputusan akhir.
4.    Penilaian melalui keputusan  komite                                                                                                                    
 sama seperti pada pola sebelumnya kecuali bahwa manajer yang bertanggung jawab tidak lagi mengambil keputusan akhir; hasil didasarkan pada pilihan mayoritas.
5.    Penilaian berdasarkan peninjauan lapangan                                                                                                    sama sepeti kelompok staf , namun melibatkan wakil dari pimpinan pengembangan atau departemen SDM yang bertindak sebagai peninjau independen.

2.3 METODE PENILAI PRESTASI KARYAWAN
penilai membuat daftar unsur-unsur yang akan dinilai dari setiap karyawan berbentuk tabulasi dan memberikan bobot nilai untuk setiap unsur itu. Bobot dari unsur-unsur yang dinilai dijumlahkan, kemudian dihitung nilai bobot rata-rata. Nilai bobot rata-rata inilah yang menjadi indeks perestasi karyawan bersangkutan. Indeks prestasi ini dinyatakan dengan angka atau huruf dan duisebut sangat baik,baik, cukup baik, sedang, atau kurang.
Metode penilaian prestasi karyawan pada dasarnya kelompokkan atas:
1.    Metode penilaian yang berorientasi masa lalu (Metode tradisional )                                  Metode ini merupakan metode tertua dan paling sederhana untuk dinilai prestasi karyawan dan diterapkan secara tidak sistematis maupun dengan sistematis.  Metode ini mempuyai kelebihan dalam hal perlakuan terhadapa prestasi kerja yang telah terjadi dan sampai derajat tertentu , dapat diukur. Kelemahannya adalah bahwa prestasi kerja pada masa lalu tidak dapat diubah.
Teknik-teknik tersebut mencakup antara lain adalah :
a.       Rating scale  metode ini merupakan metode penilaian yang paling tua dan banyak digunakan, dimna penilaian yang dilakukan oleh atasan atau supervisor untuk mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisiatif, ketergantungan, kematangan, dan kontribusi terhadap tujuan kerja. 
b.       employee comparation  metode ini merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara seorang pekerja dengan pekerja lainnya. metode employee comparation terbagi atas
1)      alternation ranking
2)      paired camparation  
3)      porced comparation (grading)
c.       check list :  dengan metode ini penilaian sebenarnya tidak menilai tetapi hanya memberikan masukan/ informasi bagi penilaian yang dilakukan oleh bagian personalia.
d.       freefrom essay : dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan yang berkenaan dengan orang/karyawan yang sedang dinilainya. 
e.       critical incident :  dengan metode ini penilai harus mencatat semua kejadian mengenai tingka laku bawahannya sehari-hari yang kemudian dimasukkan kedalam buku catatan metode peninjauan lapangan.
2.    Metode penilaian berorientasi masa depan (Metode modern  )                                                                                                                                                                                                                                                        Metode ini merupakan perkembangan dari metode tradisional dalam menilai prestasi karyawan.
Teknik yang bisa digunakan adalah sebgai berikut :
a.       Assessment centre metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilaian khusus.
b.       management by objectiv ( MBO=MBS)   dalam metode ini karyawan langsung diikut sertakan dalam perumusan dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan bawahan dalam menetukan sasarannya masing-masing ditekankan pada pencapain sasaran perusahaan. 
c.       human asset accounting  dalam metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai individu modal jangka panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan cara membandingkan terdadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan.
d.       Penilaian diri (self –appraisals) : Teknik evaluasi imi bergunabila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan pengembangan diri. Perilaku definsip cenderung tidak terjadi sehingga upaya perbai,an diri juga cenderung dilaksanakan.
e.       Penilaian psikologis  : Penilaian ini pada umumnya terdri dari wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi denga atasan langsung dan review evaluasi-evaluasi lainnya. Penilaian psikologis biasanya dilakukan oleh para psikolog, terutama digunakan untuk menilai potensi karyawan paa waktu yang akan datang.
2. 4   DASAR PENILAIAN DAN UNSUR-UNSUR YANG DINILAI
Dasar penilaian dan unsure –unsur yang dinilai
a.    Dasar penilaian                                                                                                                                                       Adalah uraian pekerjaan dari setiap individu karyawan karena dalam uraian pekerjaan inilah ditetapkan tugas dan tanggungjawab yang akan dilakukan oleh setiap karyawan.
Standar secara umum dibedakan 2 :
1)    Tangible standar : yaitu sasaran yang dapat ditetapkan alat ukurnya atau standarnya.
2)    Intangible standard  :  Adalah sasaran yang tidak dapat ditetapkan alat ukur atau standarnya. Misalnya standar prilaku, kesetiaan , partisipasi, loyalitas, serta dedikasi karyawan terhadap perusahaan.
Prestasi kerja  : Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,dan kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motivasi seorang pekerja.
Kerja : kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani, dan pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan memperoleh imbalan prestasi tertentu.
Semangat kerja : semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maxsimal.  
Produktivitas kerja produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengan input,dimana outputnya harus memiliki nilai tambah dan teknik pengerjaanya yang lebih baik.
b.    Unsur-unsur yang dinilai
1)    Kesetian  : penilaian mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaanya, jabatannya, dan organisasi.
2)    Prestasi kerja : penilaian menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaanya.
3)    Kejujuran : penilaian menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti pada para bawahannya.
4)    Kedisiplinan : penilaian menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pkerjaan sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya.
5)    Kreativitas : penilaian menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil guna.
6)    Kerjasama : penilaian menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainya secara vertikal dan horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
7)    Kepemimpinan : penilaian menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi yang kuat, dihormati,berwibawa dan dapat memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
8)    Kepribadian : penilai menilai karyawan dari sikap prilaku, kesopanan, periang, disukai,memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik,serta berpenampilan simpatik dan wajar.
9)    Prakarsa: penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaiaan masalah yang dihadapi.
10)     Kecakapan : penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat dalam penyusunan kebijaksanaan dan didalam situasi manjemen.
11)      tanggung jawab : penilai menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan kebijaksanaanya, pekerjannya, dan hasil kerjanya,sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.

2.5  ELEMEN-ELEMEN PENILAIAN KINERJA
Penilaian kinerja yang baik adalah yang mampu untuk menciptakan gambaran yang tepat mengenai kinerja pegawai yang dinilai. Penilaian tidak hanya ditujukan untuk menilai dan memperbaiki kinerja yang buruk, namun juga untuk mendorong para pegawai untuk bekerja lebih baik lagi. Berkaitan dengan hal ini, penilaian kinerja membutuhkan standar pengukuran, cara penilaian dan analisa data hasil pengukuran, serta tindak lanjut atas hasil pengukuran.
Elemen-elemen utama dalam sistem penilaian kinerja Werther dan Davis (1996:344) adalah:
1.    Performance Standard                                                                                                                                             Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas yang dijadikan tolok ukur atau patokan terhadap kinerja yang akan diukur. Standar yang dibuat tentu saja harus berhubungan dengan jenis pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang diharapkan akan terlihat dengan adanya penilaian kinerja ini.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam menyusun standar penilaian kinerja yang baik dan benar Yaitu :  Validity , Agreement , Realism , Objectivity
2.    Kriteria Manajemen Kinerja (Criteria for Managerial Performance)                                                   Kriteria penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi, yaitu kegunaan fungsional (functional utility), keabsahan (validity), empiris (empirical base), sensitivitas (sensitivity), pengembangan sistematis (systematic development), dan kelayakan hukum (legal appropriateness).
3.    Pengukuran Kinerja (Performance Measures)                                                                                               Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem penilaian (rating) yang relevan. Rating tersebut harus mudah digunakan sesuai dengan yang akan diukur, dan mencerminkan hal-hal yang memang menentukan kinerja. Pengukuran kinerja juga berarti membandingkan antara standar yang telah ditetapkan dengan kinerja sebenarnya yang terjadi. Pengukuran kinerja dapat bersifat subyektif atau obyektif.
4.    Analisa Data Pengukuran                                                                                                                                        Setelah menetapkan standar pengukuran, kemudian mulailah dikumpulkan data-data yang diperlukan. Data-data dapat dikumpulkan dengan melakukan wawancara, survei langsung, atau meneliti catatan pekerjaan dan lain sebagainya. Data-data tersebut dikumpulkan dan dianalisa apakah ada perbedaan antara standar kinerja dengan kinerja aktual.
5.    Bias dan Tantangan dalam Penilaian Kinerja                                                                                                                  Penilaian kinerja harus bebas dari diskriminasi. Apapun bentuk atau metode penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen harus adil, realistis, valid, dan relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai karena penilaian kinerja ini tidak hanya berkaitan dengan masalah prestasi semata, namun juga menyangkut masalah gaji, hubungan kerja, promosi/demosi, dan penempatan pegawai.
Adapun bias-bias yang sering muncul menurut Werther dan Davis (1996:348) adalah:
a.       Hallo Effect
b.      Liniency and Severity Effect
c.       Central tendency
d.      Assimilation and differential effect
e.       First impression error
f.        Recency effect


2.6 IMPILKASI PEMNILAIAN PRESTASI KERJA
Proses penilaian prestasi kerja menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi kerja , karyawan pada waktu yang akan datang. Oleh Karena itu bagian kritis proses penilaian adalah wawancara evaluasi.
Wawancara evaluasi : Adalah periode peninjauan kembali prestasi kerja yang memberikan kepada karyawan umpan balik tentang prestasi kerja pada masa lalu dan potensi mereka.
Penilai bisa memberikan umpan balik ini  melalui beberapa pendekatan.
1.    Tell-end-sell approach                                                                                                                                             Mereview prestasi kerja karyawan dan mencoba untuk meyakinkan karyawan untuk berprestasi lebih baik. Pendekatan ini paling baik digunakan untuk para karyawan baru.
2.    Tell-and-listen approach                                                                                                                         Memungkinkan karyawan untuk menjelaskan berbagai alasan,latar belakang dan perasaan defensive mengenai prestasi kerja.
3.    Problem solving approach                                                                                                                                      Mengidentifikasi masalah-masalah yang menggangu prestasi kerja karyawan. Kemudian melalui latihan, coaching, upaya-upaya dilakukan untuk memecahkan penyimpangan.
Agar wawancara evalusi dapat berlangsung dengan efektif , pewawancara perlu memeprhatikan pedoman yang secara rinci adaalh sebagai berikut:
a.       Tekanlah pada aspek-aspek positif prestasi kerja karyawan
b.       Beritahukan pada karyawan bahwa periode evaluasi adalah untuk meningkstkan prestasi kerja bukan untuk menegakkan disiplin.
c.       Selenggarakan periode review prestasi kerja secara pribadi dengan gangguan-gangguan sedikit mungkin.
d.       Review prestasi kerja secara formal paling tidak setiap tahun
e.       Ajukan kritik-kritik spesifik bukan umum dan tidak jelas
f.        Tetap tenang dan tidak berdebat dengan orang yang sedang diawasi

Umpan balik manajemen personalia : Proses penilaian prestasi kerja juga menyediakan umpan balik tentang efektivitas fungsi manajemn personalia. Penilaian prestasi berfungsi untuk sebagaai suatu quality control. Bila proses penilaian menunjukkan bahwa prestasi kerja jelek tersebar luas , banyak karyawa tidak memenuhi syarat keputusan-keputusan penempatan internal.

2.7 MASALAH-MASALAH DALAM PENILAIAN KINERJA
Masalah-Masalah dalam Penilaian Kinerja
1.    Kurangnya objektivitas                                                                                                                                            Salah satu kelemahan metode penilain kinerja tradisional adalah kurangnya objektivitas. Dalam metode rating scale, misalnya, faktor-faktor yang lazim digunakan seperti sikap, loyalitas dan kepribadian adalah faktor-faktor yang sulit diukur.
2.     Bias “Hallo error”                                                                                                                                                                      Bias “Hallo error” terjadi bila penilai mempersepsikan satu faktor sebagai kriteria yang paling penting dan memberikan penilaian umum baik atau buruk berdasarkan faktor tunggal ini.
3.    Terlalu “longggar” / terlalu “ketat”                                                                                                                     Penilai terlalu “longggar” (leniency) kecenderungan memberi nilai tinggi kepada yang tidak berhak, penilai memberi nilai lebih tinggi dari seharusnya. Penilai terlalu “ketat” (strictness) terlalu kritis atas kinerja seorang pekerja (terlalu “ketat” dalam memberikan nilai).
4.    Kecenderungan memberikan nilai tengah                                                                                                       Kecenderungan memberi nilai tengah (Central tendency), terjadi bila pekerja di beri nilai rata-rata secara tidak tepat atau di tengah-tengah skala penilaian, Biasanya, penilai memberi nilai tengah karena ingin menghindari kontroversi atau kritik.
5.    Bias perilaku terbaru                                                                                                                                                Bias perilaku terbaru (recent behavior bias) , perilaku atau kinerja yang paling akhir akan lebih mudah diingat daripada perilaku yang telah lama. Penilai cenderung lebih banyak menilai kinerja yang tampak menjelang atau pada saat proses penilaian dilakukan.
6.    Bias pribadi (stereotype)                                                                                                                                        Penyelia yang melakukan penilaian bisa saja memiliki bias yang berkaiatan dengan karakteristik pribadi pekerja seperti suku, agama, gender atau usia. Meskipun ada peraturan atau undang-undang yang melindugi pekerja, diskriminasi tetap menjadi masalah dalam penilain kinerja.
Meminimalkan Masalah-Masalah dalam Penilaian Kinerja  :                                                                        Meminimalkan masalah-masalah dalam penilaian kinerja dapat dilakukan dengan membuat standar penilaian  yang dinyatakan secara jelas, pelatihan, umpan balik, dan pemilihan teknik penilaian kinerja yang sesuai.

2.8  PROSES PENILAIAN DAN PENYUSUNAN PENILAIAN KINERJA
Proses Penilaian Kinerja
Menurut Mondy dan Noe(2005), ada lima langkah dalam proses penilaian kinerja
1.    Kriteria Kinerja                                                                                                                                                                             Dalam menetapkan kriteria kinerja, Mondy & Noe(2005) membagi menjadi beberapa kritera,yaitu : Ciri-ciri. Ciri-ciri karyawan tertentu seperti sikap, penampilan, dan inisiatif merupakan dasar untuk evaluasi.
2.    Perilaku                                                                                                                                                                         Ketika hasil dari tugas individu sulit untuk ditentukan, organisasi dapat mengevaluasi perilaku seseorang yang terkait dengan tugas atau kompetensi.
3.    Kompetensi                                                                                                                                                                 Kompetensi terdiri dari pengetahuan, keterampilan, sifat dan perilaku, dan berhubungan dengan keterampilan interpersonal atau berorientasi bisnis.
4.    Pencapaian tujuan                                                                                                                                                      Jika organisasi mempertimbangkan hasil akhir pencapaian tujuan sebagai suatu hal yang berarti, hasil pencapaian tujuan akan menjadi faktor yang tepat untuk dievaluasi untuk dibandingkan dengan standar.
5.    Peningkatan potensi                                                                                                                                                Ketika organisasi mengevaluasi kinerja karyawan, kriteria difokuskan pada masa lalu, masa sekarang, dibandingkan dengan standar.
Proses Penyusunan Penilaian Kinerja
Proses penyusunan penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe (1993:398) terbagi dalam beberapa tahapan kegiatan yang ditunjukan dalam gambar dibawah ini :
1.       Mengidentifikasi  tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi dengan adanya sistem penilaian kinerja yang akan disusun.
2.       Menentukan standar yang diharapkan dari suatu jabatan, sehingga akan diketahui dimensi-dimensi apa saja yang akan diukur dalam penilaian kinerja.
3.       Menentukan desain yang sesuai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penentuan desain penilaian kinerja ini harus selalu dikaitkan dengan tujuan penilaian. Hal ini karena tiap-tiap desain penilaian kinerja yang dilakukan untuk menentukan besaran gaji pegawai dengan penilaian kinerja yang bertujuan hanya untuk mengetahui kebutuhan pengembangan tentunya memiliki desain yang berbeda.
4.       Melakukan penilaian kinerja terhadap pegawai yang menduduki suatu jabatan. Peniliaian kinerja ini dapat dilakukan oleh atasan saja, atau dengan sistem 360ᴼ. Penilaian dengan sistem 360ᴼ maksudnya adalah penilaian suatu pegawai dilakukan oleh atasan, rekan kerja yang sejajar atau setingkat, dan bawahannya.
5.       Hasil dari penilaian kinerja, selanjutnya dianalisa dan dikomunikasikan kembali kepada pegawai yang dinilai agar mereka mengetahui kinerjanya selama ini serta mengetahui kinerja yang diharapkan oleh organisasi. Evaluasi terhadap sistem penilaian kinerja yang telah dilakukan juga dilaksanakan pada tahap ini.


2.9 TUJUAN DAN MANFAAT PENILAIAN KINERJA
Penilaian kinerja mempunyai beberapa tujuan dan manfaat bagi organisasi dan pegawai yang dinilai, yaitu:
1.    Performance Improvement : Yaitu memungkinkan pegawai dan manajer untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja.
2.    Compensation adjustment  :   Membantu para pengambil keputusan untuk menentukan siapa saja yang berhak menerima kenaikan gaji atau sebaliknya.
3.    Placement decision :   Menentukan promosi, transfer, dan demotion.
4.    Training and development needs :   mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan bagi pegawai agar kinerja mereka lebih optimal.
5.    Carrer planning and development :  Memandu untuk menentukan jenis karir dan potensi karir yang dapat dicapai.
6.    Staffing process deficiencies :   Mempengaruhi prosedur perekrutan pegawai.
7.    Informational inaccuracies and job-design errors :   Membantu menjelaskan apa saja kesalahan yang telah terjadi dalam manajemen sumber daya manusia terutama di  bidang informasi job-analysis, job-design, dan sistem informasi manajemen sumber daya manusia.
8.    Equal employment opportunity :   Menunjukkan bahwa placement decision tidak diskriminatif.
9.    External challenges :   Kadang-kadang kinerja pegawai dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti keluarga, keuangan pribadi, kesehatan, dan lain-lainnya. Biasanya faktor ini tidak terlalu kelihatan, namun dengan melakukan penilaian kinerja, faktor-faktor eksternal ini akan kelihatan sehingga membantu departemen sumber daya manusia untuk memberikan bantuan bagi peningkatan kinerja pegawai.
10.Feedback :  Memberikan umpan balik bagi urusan kepegawaian maupun bagi pegawai itu sendiri.


TAMBAHAN
Penilai prestasi karyawan
Sangat sulit untuk menilai karyawan tersebut baik atau tidak. Penetapan penilai sangat sulit karena harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut
Syarat-syarat penilai sebgai berikut :
1)      Penilai harus jujur , adil, objektif dan mempunyai pengetahuan mendalam tentang unsure-unsur yang akan dinilai
2)      Penilai hendaknya mendsarkan penilaiannya benar atau slah, baik atau buruk, terhadap unsure-unsur yang diniai.
3)      Penilai haurs mengetahui secara jelas uraian pekerjaan dari setiap karyawan yang akan dinilainya supaya hasil penilaiannya dapat dipertanggung jawabkan dengan baik.
4)      Penilai harus mempunyai keimanan supaya penilaiannya jujur dan adil.
 Dalam soal siapa yang akan melkukan penilaian prestasi karyawan dikenal :
a.      Penilai informal : adalah penilai melakakn penilaiian mengenai kualitas kerja dan pelayanan yang diberikan oleh masing-masing karyawan baik atau buruk.
b.      Penilai formal: adalah seseorsng atau komite yang mempunyai wewenang formal menilai bawahnnya di dalam maupun diluar pekerjaan dan berhak menetapkan kebijaksanaan selanjutnya terhadap setiap individu karyawan.
Penilai formal dibedakan menjadi 2  yaitu : Penilai individual  dan Penilai kolektif









BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Penilaian kinerja adalah kegiatan menajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijakan selanjutnya.  Penilaian perilaku meliputi penilaian kesetiaan, kejujuran, kepemimpinan, kerja sama, loyalitas, dedikasi, dan partisipasi karyawan. Menilai perilaku ini sulit karena tidak ada standar fisiknya, sedangkan untuk penilaian hasil kerja relatif lebih mudah karena ada stndar fisik yang dapat dipakai sebagai tolak ukurnya, seperti meter, liter, dan kilogram. Aspek penting dari suatu sistem penilaian kerja adalah memiliki standar yang jelas. Sasaran utama dari adanya standar tersebit ialah teridentifikasinya unsur-unsur krital suatu pekerjaaan. Standar itulah yang merupakan tolak ukur seseorang melakukan pekerjaannya
3.2  SARAN
Demikianlah makalah ini dibuat semoga bermanfaat dalam menambah wawasan kita semua, penyusun menyarankan pembaca untuk memberikan kritikan dan saran yang membangun untuk kesuksesan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA
Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.  Jakarta: PT. Bumi Aksara
Gomes. Cardoso faushino. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi   : Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia,          Cetakan Ketiga. Rineka Cipta : Jakarta.
Flippo, B. Edwin. 2000. Manajemen Personalia. Edisi Keenam. Jilid 1. diterjemahkan oleh Moh Masud.–Jakarta: Erlangga
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nawawi, Hadari. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: UGM Press
Rivai, Veithzal dan Ahmad Fawzi Mohd. Basri. 2005. Performance Appraisal. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sirait, Justine. 2006. Memahami Aspek-Aspek Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: PT Grasindo
Alex S. Nitisemito, Drs, Ec, Manajemen Personalia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988
Lyle M. Spencer, Jr., and Signe M. Spencer, Competence at Work Edition 1, Wiley, New York, 1993
Robert L. Mathis, John H. Jackson, Human Resource Management Edisi 10, Terjemahan, Salemba Empat, Jakarta, 2006
Hamid Al Jufri, Suprapto, Manajemen Sumber Daya Manusia Pendidikan, Smart Grafika, Jakarta, 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMELIHARAAN SDM

Makalah Kompensasi

KONSEP AUDITING